News Update :

My Blog List

Blogspot dan lainnya

Sample Text

Text Widget

Categories

Labels

Labels

Pages

Powered by Blogger.

Moto GP News

Basketball News

Formula 1 News

7 November 2011

Monday, November 7, 2011

Salam sahabat semua,

Pertama, aku ingin mengucapkan selamat Hari Raya Idul Adha 1432 H, semoga kita semua bisa memaknai semangat berqurban di Idul Adha ini, untuk bisa lebih peduli terhadap sesama dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Baiklah sahabat, ternyata hari Ahad kemarin, saya tidak mencatat perjalanan selama sehari aku bersama sahabat-sahabat. Tapi yang terpenting adalah, insya Allah semuanya baik-baik saja. Bahkan kemarin dapat kabar bahagia dari Bumiayu sana. Sahabatku, Lia Marlian telah resmi menjadi seorang istri dari laki-laki bernama Syarif Hidayatullah. Duuh, senengnya,, selamat ya Lia, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Aamiin.

Oke, hari ini Senin, seperti biasa selalu dan selalu Fajar Adi Wibowo mengawali sapaan sebagai nutrisi di awal hari Senin ini. Kebetulan juga masih dalam nuansa Idul Adha, jadi Senin inipun aku tidak puasa. Jadi alhamdulillah bisa menikmati sarapan di hari Senin.

Kabar dari yang lain, seperti biasa di sela-sela kesibukan menjalani rutinitas kerja, selalu menyepatkan diri untuk bisa bercanda berbagi tawa bersama Amelia Falah Fakhrina. Tadi siang bicara masalah apa ya? Owh ya, tadi siang membicarakan masalah ASI. Owalah, mentang-mentang yang sebentar lagi mau nikah, berfikirnya sudah sejauh itu. Kemarin Imunisasi, sekarang ASI, tapi kok, belum jelas juga kapan nikahnya?Heheh,, Buruan Bu, sudah kebelet kondangan nih di Adisana. :D :D

Kalau si Yuswanto, sepertinya dia kemarin habis bersenang-senang menikmati liburan bersama pujaan hatinya. Sampai-sampai tadi dapat kabar terakhir, yang intinya jalan-jalan kemarin membuat kaki teklok namun bahagia lahir batin. Hehehe... Okelah Yus, semoga memang berjodoh. Aamiin.

Dari BSD, entah kenapa lagi yang melanda si Eko Wulandari. Masih saja misuh-misuhan sama si bosnya. Bosnya juga payah sih, orang sudah bilang jelas-jelas ngajuin cuti dan sudah dikonfirmasi, eh malah pakai acara lupa segala. Ditambah asal main beli tiket juga. Mbok ya tanya dulu, konfirmasi sama yang bersangkutan sebelum bertindak lebih lanjut. Kalau sudah begini, kasihan kan Eko-nya. Tentunya rencana yang sudah dirancang, ga maulah dibatalin. Sama-sama sudah ada tiket di tangan. Menurut aku, si bosnya yang salah. Tenang aja Wul, harus tetap pada pendirian dan harus berani berkata "Tidak" untuk hal yang ini. :D

Bu Upi, tadi pagi lagi balik lagi ke Jakarta setelah berlebaran di kampung. Sepertinya sekarang sudah sampai. Semoga besok sudah bisa beraktifitas kembali seperti biasa.

Bu Rohaye, seperti biasa saling berbagi laporan mengenai dana Indahnya Berbagi.

Rangga dan Agil, masih anteng-anteng aja rupanya. Tapi setidaknya bisa tahu lewat status fb-nya, kalau semuanya dalam keadaan baik-baik saja.

Om Agus Priyanto, seperti biasa ga lepas dari masalah bola. :D

Yu Ida, lewat akun twitternya mengabarkan kalau lagi ada dines ke Jogja dan Jateng.

Yu Tika, seharian ini ga menyapa sekali. :D

Hari ini, mereka telah memberi warna yang selalu menjadikan indah dalam hidupku. Semoga esok kan jadi lebih baik. Aamiin.

5 November 2011

Saturday, November 5, 2011

Seperti biasa, awal hariku selalu didahului dengan sapaan akrab dari sudut kamar sana oleh Fajar Adi Wibowo. Dan rupa-rupanya, tadi pagi dia sms aku begitu pagi, kira-kira masih sekitar jam 5. Setelah beberapa kali aku balas sms-nya, eh kok malah berhenti ga bales lagi dia. Dan rupanya, Fajar telah terlelap lagi dalam peraduannya. Owalaah, ternyata tadi nglindur toh? Hehehehe...

Hal yang sama pun tak lupa dilakukan oleh Yuswanto. Namun kali ini dia agak kesiangan ngirim sms selamat paginya. Dimaklumi saja, karena mungkin hari libur kerja, jadi bangunnya agak siangan. Dan rupanya, dia ada acara spesial di hari ini, yaitu menjemput impian di Bandara Sukarno Hatta, tamu spesial dari Bali, hehehehe

Oya, sebelum Yuswanto SMS, ada sms lagi dari sahabatku. Tak biasa memang, dan memang ini sms kegalauan menurut saya. Dia adalah bu Amel. Kenapa dengan dirinya? Ada apakah gerangan, hingga sms aku sepagi ini? Oowh, rupanya dia memberitahukan kalau dirinya ternyata membatalkan rencana mudiknya. Duuh, kasian si ibu ini. Tapi menurutku juga sih, mungkin lebih baik seperti itu, kasian juga dalam beberapa minggu ini, setiap akhir pekan harus balik ke kampung halaman. Ya meskipun di sana bertemu dengan calon suaminya, tapi yang namanya manusia biasa pastinya punya rasa capek, tidak seperti robot bukan? Satu lagi yang menjadi kegalauannya, karena dia merasa gak enak sama Lia, karena sebelumnya sudah bilang akan datang ke pernikahannya. Ya mudah-mudahan Lia Marlian bisa mengerti kondisinya bu Pejabat yang satu ini.

Di BSD sana, weekend ini lagi ngapain ya? Aku kirain lagi mudik juga, menjalankan kunjungan kenegaraan, eh ternyata itu minggu depan toh. Heheh,,,mangap ga maksud. Iya, Eko wulandari cukup menghabiskan libur di akhir pekan ini untuk belanja ke pasar dan berdiam di kostan aja. Rupanya tragedi kesalahan dalam pembuatan telor ceplok tak menyurutkan semangatnya untuk terus belajar memasak, hehehe. Sip sip sip. Tadi juga banyak bercanda di fb sama dia.

Beranjak siang, Bu Rohaye, Fajar, Ms Septian, bertugas menjalan tugas mulia untuk menyalurkan dana Indahnya Berbagi ke Negarayu, ke tempat anak penderita tumor mata ganas. Semoga Allah memberkahi setiap langkah mereka, dan tentunya berdo'a semoga Allah memberikan kemudahan dalam proses penyembuhan anak tersebut. Aamiin.

Satu lagi kabar yang mengejutkan. Tiba-tiba saja di siang hari, aku dapat sms yang dikirim dari dalam sinar jaya katanya. Wah, ternyata ada yang lagi mudik rupanya. Benar saja, rupanya Bu Upi diam-diam lagi mudik, dan mengabarkan bahwa perjalannya terjebak kemacetan. Aduuh, kasian banget. Seperti lebaran idul fitri saja rupanya. Dan tadi dapat kabar lagi selepas magrib, ternyata belum sampai rumah juga, baru sampai di prupuk. Alhamdulillah, sebentar lagi juga nyampe itu mah. Selamat beridul adha bareng keluarga di rumah.. :D

Yu Tika, seperti biasa, jadwal dia siaran di TOP FM. Kayaknya tadi siang ga banyak bercanda dengan dia.

Hm, kali ini saudara sebapak saya, Zulfi juga sms-an denganku. Biasa membicarakan masalah pernikahannya Lia Marlian. Dia mengira saya pulang, tapi nyatanya saya pun harus mengakar di negeri orang. :D

Siapa lagi ya? Owh ya, tadi Yu Pipit nongol sebentar di Fb, ngasih tau kalau di Pangkal Pinang ga ada acara nyate-nyate gitu. Kasian ya yu,, heheh

Terus, Yu Ida, dia lagi jalan-jalan terus ke Jogja dan Dieng rupanya.

Yang sama-sama dari Sirampog, Rangga dan Agil, masih anteng-anteng saja rupanya mereka. Yang penting taulah semuanya lagi baik-baik saja dari status fb-nya.

Terakhir di sore hari, aku melakukan obrolan ringan dengan Lia Aeni Amalia. Iseng-iseng saja menanyakan seputar idul adha, ada kegiatan sate-menyate apa gak. :D

Tak kalah ketinggalan, yang pasti ini yang dibicarakan adalah bola. Siapa lagi kalau bukan Agus Priyanto, calon suaminya bu pejabat ini. Tiada hari tanpa membicarakan bola pokoknya lah. Satu lagi yang bikin bahagia, rupanya dia sudah langsung akrab dengan Fajar Adi, alhamdulillah... :D

Oya, ada kejadian lucu nih di seputar kegiatan penyaluran dana indahnya berbagi. Katanya nih, bu Rohaye, tidak mau melihat kondisi anaknya itu. Jadi jauh-jauh dari Bumiayu ke Negarayu, sudah sampai di rumah anak tersebut, tapi malah milih untuk mojok di depan rumah, gak mau nemuin anaknya. Ga tegel rupanya bu Rohaye lihat kondisi anaknya tersebut, heheh..

Hmmm,, oke, itulah beberapa aktivitas dan kabar terkini dari sahabat-sahabtku hari ini, yang tentunya membuat hari-hariku menjadi lebih indah dan berwarna-warni. Semoga hari esok akan lebih baik dari hari ini. Aamiin.

4 November 2011

Friday, November 4, 2011

Seperti biasa, hari ini diawali dengan pesan-pesan singkat dari sahabat-sahabatku yang tentunya akan menjadi peyemangat dalam menjalani rutinitas seharian ke depannya.

Seperti biasa, Fajar Adi dari Bumiayu sana, selalu menyapa di setiap pagi. Hanya sekedar sapaan ringan, namun memiliki nutrisi yang luar biasa.

Oh ya, pagi tadi juga Bu Rohayah tiba-tiba juga ikut-ikutan memberi semangat pagi. Tak seperti biasanya Ibu yang satu ini seperti itu. Berhubung sudah sms sepagi itu, kebetulan juga saya ada keperluan sama dia, yaitu tentang penyaluran Indahnya Berbagi. Akhirnya, aku balik nelfon bu Ika membahas masalah indahnya berbagi.

Tak lama kemudian, Yuswanto kembali seperti biasa, menyapa dan memberi semangat pagi sesuai dengan khasnya dia.

Apa kabar Bu Amel? Sahabat yang satu ini, lagi pusing sepertinya. Bukan pusing karena sakit, tapi karena banyak acara yang sedang dihadapi. Kerjaan yang jadi rutinitas sehari-hari sampai sore, dilanjut dengan kuliah sampai malam, dan besok ada rencana untuk pulang, mudik ke Bumiayu untuk datang di acara nikahan Lia Marlian. Tentunya juga buat ketemu sama calon mertuanya juga... hihih.. Sukses selalu dan tetap semangat buat bu Amel, semoga selalu dilancarkan urusannya.

Sementara di BSD sana, Eko Wulandari, sepertinya sedang misuh-misuh dari kemarin sama pekerjaannya. Entahlah apa yang terjadi dengan kontainer-kontainernya. Tapi seperti biasalah, di sela-sela kesibukannya, tak pernah ketinggalan untuk sekedar menyapa dan bercanda. Semangat terus buat Eko, biar semua urusan dipermudah jalannya.

Yu Tika, kayaknya asik baru pulang dari kunjungan kenegaraan (tilik mertua) hahah.. Iya, katanya habis ke Majenang, dan tadi siang baru pulang langsung berdinas di Top FM untuk menjumpai para penggemarnya lewat udara.

Bu Krisna Diah, kali ini mungkin lagi sibuk, jadi tak sempat menyapa sekalipun baik lewat SMS, FB ataupun chat YM.

Agil dan Rangga juga sama-sama ga ada gaungnya. Mungkin lagi sibuk dengan rutinitas sehari-hari.

Oh ya satu lagi, Yu Fitriyani Madya. Katanya sih sudah ga terlalu sering masuk keluar hutan, tapi mungkin karena lagi sibuk dengan pekerjaannya jadi jarang nongol lagi di FB maupun twitter.

Ah, sahabat, dari kalian aku jadi bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh warna.

3 November 2011

Thursday, November 3, 2011

Selalu saja kalian membuat pagiku kini menjadi begitu indah. Sapaanmu dari ujung sana, meskipun hanya melalui sebuah pesan singkat di setiap pagi, sungguh menjadi modal semangat dalam menjalani aktivitas hari ini.

Lelah yang kemarin, kini telah tiada. Nutrisi yang kau beri dari sebaris do'a dan sapaan, telah mengganti rasa lelah di jiwa menjadi kekuatan baru dalam menghadapi setiap tantangan yang akan menghadang.

Terimakasih sahabat atas segala yang telah kau curahkan kepadaku. Sungguh, mempunyai sahabat seperti kalian, adalah anugera terindah dari Allah SWT yang aku miliki.

Pernak-Pernik Ngeblog

Sunday, October 30, 2011

Bersyukur saya mengenal dunia blog ini, karena dari ngeblog, bertambah wawasan saya, pengetahuan, pengalaman, bertambah sahabat dan tentunya bisa menambah tali silaturahim dengan sesama, meskipun hanya lewat dunia maya.

Banyak manfaat yang telah saya rasakan dari ngeblog ini. Selain menambah silaturahim, juga banyak yang diperoleh selain nilai silaturahim tersebut, misalnya dari mengikuti beberapa kontes-kontes yang diadakan oleh para sahabat blogger.

Beberapa pagelaran yang diadakan oleh sahabat Blogger dimana saya turut berpartisipasi di dalamnya, ada beberapa tali asih yang berhasil saya dapatkan dari pagelaran tersebut.

Pagelaran ASKAT (Asal Satu Kata) Oleh Pakdhe Abdul Cholik di Blogcamp

Pagelaran ADUK (Asal Dua Kata) Oleh Pakdhe Abdul Cholik di Blogcamp

Pagelaran Kado Pernikahan, oleh Pakdhe Abdul Cholik di Blogcamp
Pagelaran Cermin Bakti Blogger Pertiwi, oleh Pakdhe, Ibu Nia dan Ibu Lidya
Pagelaran Otak-atik Angka, oleh Mas Jier

Pagelaran Cerita Sarung, oleh Kakak Akin

Tali asih cuma-cuma, oleh Ust. Ahmad Muhaimin Azzet

Satu lagi dari pagelaran kuis yang digelar oleh penerbit buku LeutikaPrio dalam rangka Ultahnya yang pertama.

Selain itu juga, dari ngeblog akhirnya bisa membuat sebuah buku antologi yang dikerjakan oleh beberapa sahabat-sahabat blogger. Dua antologi yang telah terbit yaitu "Kado Cinta Di Hari Raya" dan "Bati-Bati Hati".

Indahnya ngeblog, menulis dari hati, sekedar untuk berbagi.

Kini Telah Tiada

Thursday, July 21, 2011

Ah cantik, mungkin inilah takdir yang telah digariskan olehNya untuk kita jalani. Percayalah, dengan mengihlaskan atas apa yang telah Dia tuliskan untuk kita, pasti akan ada suatu keindahan nantinya. Meskipun terkadang kita sulit untuk menerimanya ya cantik.

Seperti yang mungkin sedang kita alami. Sebenarnya ingin aku terus menulis tentangmu cantik tanpa batas yang menentukan. Namun lagi-lagi ada campur tangan Tuhan di dalamnya, dan kita harus menerima itu semua.

Sekuat apapun kita berusaha untuk bertahan, kalau Allah sudah menentukan itu bukan jodoh kita, tentunya kita ga bakalan bisa bersama kan cantik. Kalau tetap dipaksain, tentu nantinya akan berujung pada tidak kebaikan untuk kita, ya karena memang bukan jodohnya.

Mungkin yang masih membuatku masih belum percaya, kenapa hal ini terjadi begitu cepat. Yah, aku tau sudah lama hubungan kita sudah tidak seindah dulu lagi. Sekarang telah ada aku, kau dan dia. Dan karena berbagai alasan, hingga orangtuamu lebih cenderung menyetujui antara kau dan dia.

Aku tahu, kau sebenarnya masih berharap padaku, namun keadaan yang telah membuatmu harus memilih dia, itulah yang membuat kita harus berpisah.

Cantik, aku ga percaya kalau akan berakhir secepat ini. Memang sih dari sejak keputusanmu untuk menerima dia, aku pun sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk buat kita. Ya saya sudah mempersiapkan mental dan tentunya keikhlasan untuk melepasmu cantik, tapi tidak untuk waktu yang secepat ini. Aku hanya menduga, kemungkinan besar sehabis lebaran idul Fitri ini, kau akan menjadi istri yang syah buat dia, dan waktu itulah kita benar-benar sudah berakhir.

Namun apa yang terjadi cantik? Kabar darimu kemarin sungguh seperti petir di siang bolong. Kau mengabarkan kepadaku bahwa tidak lama lagi, paling lambat sebelum Ramadhan, kau akan syah menjadi istri orang lain. Ya, kau akan segera menikah dalam waktu dekat ini. Ramadhan tinggal beberapa hari lagi, berarti dalam rentang waktu itu kau akan melangsungkan pernikahan dengan dia.

Antara Alhamdulillah dan Astaghfirullah, aku masih belum bisa menata hati menerima berita yang masih bingung juga untuk aku sebut, apakah ini berita bahagia ataukan sebaliknya. Semua sudah terjadi dan tak mungkin lagi untuk bisa merubah seperti sedia kala. Meskipun derai air matamu mengalir, namun itu tak kan merubah apa yang telah terjadi. Yah, dalam hitungan hari ke depan, kita benar-benar sudah bukan siapa-siapa lagi, mungkin hanya sebatas teman pun itu terasa sulit, karena aku tau, dia yang akan menjadi suamimu, mungkin belum siap bahwa aku dan kau dulu pernah bersama. Terlepas dari itu, aku tidak mau ambil pusing. Aku hanya menghawatirkan kamu sekarang, diantara keputusanmu yang sudah menerimanya, namun di hatimu masih ada diriku di sana.

Sudahlah cantik, mungkin kita memang harus berakhir sampai di sini. Aku pun tak mau larut dalam kepedihan ini semua. Kini aku telah memenuhi janji komitmenku dari awal saat kita berusaha mencoba berjalan seiring, bahwa aku akan selalu menjaga hati hanya untukmu. Mungkin kini sudah sampai pada masanya, ya, masa dimana aku bisa menjaga hati untukmu sampai saat kamu benar-benar telah menjadi milik orang lain.

Mungkin memang sudah saatnya kumasukkan dirimu dalam album kenangan di hatiku. Walau terkadang aku masih saja terduduk sambil membuka album kenangan lama yang terhias lukisanmu. kini, cukuplah kau pernah menjadi yang terindah pada masanya.

Biarkan kini ku memulai lagi masa depanku. Mencari orang yang akan memberikan tidak hanya kenangan tapi juga harapan. Sebuah harapan yang akan kupastikan menjadi sebuah kenyataan. Bukan lagi harapan kosong seperti yang pernah melintas di hati ini.

Aku sadar, kenangan bukanlah sebuah poto yang dengan mudah dihapus atau dibakar hingga hanya menyisakan abu. Sebuah kenangan tak mungkin bisa menghilang. Hanya perlu di-menej dengan baik agar tak menghalangi kita untuk membuat kenangan baru yang lebih indah dimasa depan.

Kini kucoba untuk membuka mata dan hati untuk takdir yang lebih baik. Biarlah Allah yang menuntun kita pada jalan yang terbaik. Agar nanti tetap ada senyum ikhlas di wajah kita saat hati telah terikat pada janji yang sah.

Selamat berbahagia cantik, semoga selalu ada senyum di hatimu bersamanya, Allah memberkahimu... aamiin.... :) :) :)


Rabu, 20:53 WIB

Wednesday, July 6, 2011

Selasa

Harusnya ini postinhan buat kemaren cantik. Tapi karena kemaren sehabis kita SMS-an, eh malah aku tertidur pulas cantik mpe subuh. Mungkin karena lagi ujan juga sih ya jadinya enak banget buat tidur.

Seperti biasa ya cantik, aku selalu mengawali pagi dengan menyapamu. Meskipun selalu tak ada reaksi langsung darimu cantik, tapi aku bahagia bila menyapamu. Siangnya pun kita larut dalam kesibukan masing-masing.

Baru malam harinya kita bisa berbagi cerita. Tapi sayangnya kendala sinyal sekarang ini lagi sering eror ya cantik. Ini yang bikin kita bete bete bete. Masa sms sekarang nyampainya bisa sampai 5 menit kemudian.

Oh ya kemaren katanya kamu lagi ramai-ramai makan cilok ya. Cilok dari pengasinan kata kamu cantik. Kalau dari pengasinan brarti dari siapa dong?? Hmm,, sebenarnya bikin aku cemburu aja ni cantik.

Okelah, seperti biasa kaupun tertidur tanpa pesan kepadaku. Itu tak masalah.

Rabu

Lanjut keesokan harinya. Seperti pagi-pagi yang lainnya, aku awali dengan salam manis menyapamu. Dan sama juga tak ada respon darimu sama sekali. Sampai siang pun sepertinya demikian.

Dan ahirnya waktu sore hari, aku sangat bahagia cantik, karena kamu menyapaku dan menanyakan hasil kontes menulisku. Aahh, cantik bikin aku bangga sekali.

Malamnya sehabis isya, seperti biasa kita saling berbagi cerita. Sayangnya waktu aku sms, ko si cantik lama sekali balesnya. Eh ternyata si cantik sedang membantu beres-beres keperluan sepupunya yang mau mondok. Yah lumayanlah jadi dicuekin. Tapi tak masalah juga, yang penting aku tahu cantik lagi ngapain.

Seperti biasanya, sms terakhirku tak ada sambutan berarti menandakan si cantik kembali tertidur lagi. Fyuuh,,, ya sudahlah. Selamat tidur ya canti, sweetdream, semoga Allah memberkahi kita. Aamiin.

Senin, 21:45 WIB

Monday, July 4, 2011

Ah cantik, hari ini aku bahagia. Tau kenapa aku merasa bahagia cantik? Aku menang lagi lho cantik dalam kontes menulis. Aku berterimakasih banget padamu cantik, karena kau selalu mensuport dan mendoakan aku. Tapi sayangnya waktu aku kasih kabar tentang berita bahagia ini, eh ternyata si cantiknya ga tau. Cantik bilang mungkin SMS-nya dibuka sama mama atau adik. Hmm... Aku jadi malu lho cantik... :D

Pantas saja ga ada reaksi apapun darimu cantik, ga ada sekedar balasan salam ataupun ucapan selamat. Ah, pikirku mungkin kau sedang sibuk sekali.

Sampai malam menjelang, ba'da isya seperti biasa kita baru bisa berbagi cerita. Nah dari sinilah aku aru tahu kalau ternyata kau belum tau sms aku tadi pagi. Tak masalah, yang penting kita bisa berbagi cerita malam ini.

Oya hampir lupa, ini kan hari senin. Dan seperti biasanya kalau ga ada halangan kita selalu mengerjakan puasa sunah. Seperti biasa pula saat tiba waktunya buka puasa, kita selalu berkirim pesan sekedar mengucapkan selamat berbuka puasa. Kau tau cantik, setiap pesan yang kau kirim saat berbuka puasa, sangat berkesan buatku.

Lagi-lagi si cantik ketiduran. Buktinya aku sms aja ga dibales lagi. Oke lah cantik, met tidur ya. Sweetdream, semoga Allah memberkahi kita. Aamiin...

Ahad, 22.20 WIB

Sunday, July 3, 2011

Hari ini kamu agak sedikit sibuk ya cantik. Meskipun ini hari Ahad, namun karena ada keluarga Pakdhe cantik yang datang dari Jakarta, untuk mendaftarkan anaknya sekolah di Benda, jadinya cantik juga ikut bantu-bantu mereka. Ah, nda apa-apa cantik, aku maklum ko'.

Seperti biasa, setiap pagi aku menyapamu untuk sekedar mengingatkan agar tidak lupa untuk sarapan. Meskipun kelihatannya basi, namun aku hanya tak ingin kamu terlalu sering untuk meninggalkan sarapan. Karena sarapan itu penting lho cantik untuk kesehatan. Jadi, mulai sekarang, jangan sekali-kali ninggalin sarapan ya cantik.

Aku tau siangnya pasti kamu juga masih sibuk. Seperti biasa, kamu itu rajin dan bertanggung jawab pada pekerjaan. Sehingga siangnya pun aku tak berani mengganggu kamu cantik. Karena pasti kau lagi sibuk di tempat kerja.

Ahirnya waktu yang ditunggu-tunggu untuk kita datang juga. Malam hari seperti biasa ya cantik, sehabis isya, kita selalu berbagi cerita tentang kegiatan keseharian yang telah berlalu tadi siang. Biasanya aku disambi tiduran sedang kau cantik disambi nonton upin/ipin, kadang onthe spot, namun kadang yang lainnya.

Aaah,, sebenarnya ini yang bikin aku agak kesel sama kamu cantik. Kebiasaan kamu selalu tertidur duluan tanpa permisi sama aku. Hiks...hiks... Tapi itu tak masalah, karena aku tau, kau pasti capek setelah beraktifitas seharian. Aku selalu bangga padamu cantik.

Dan selalu kupanjatkan do'a sebelum mataku ikut terpejam. Selamat tidur ya canti, sweetdream, semoga Allah menyertai kita. Aamiin...


Seandainya ada kesempatan kedua

Saturday, July 2, 2011

Kamu tau cantik, kali ini aku bahagia. Karena apa? Karena kamu memang benar sebagai wanita tangguh yang tahan banting.

Kini kau kembali tersenyum lagi, menatap indah waktu yang akan nanti dilalui. Aku sudah merasakannya tadi. Meskipun tak bisa terlihat langsung, namun aku merasakan senyum kebahagiaan telah kembali kepadamu.

Kau tau cantik, hal yang membuatku bahagia adalah saat bisa bercanda dan tertawa bersamamu. Sungguh tadi aku merasakan hal itu. Kau tertawa begitu lepas, dan aku menikmatinya.

Cantik, meskipun kita tak mungkin bisa bersama, namun hati kita sebenarnya masih menginginkan untuk bisa bersama. Apalah daya semuanya sudah terlambat.

Aku dapat merasakannya ketika kau bilang jika saja diberi kesempatan kedua, maka kau akan selalu bersama-sama dengan aku. Ya,,, bersama seperti dulu lagi cantik. Hanya ada aku dan kau.

Namun, kenyataan yang ada, mungkin hanya keajaiban Tuhan yang dapat mempersatukan kita lagi. Sudahlah, tak perlu kau teteskan air mata lagi, karena air matamu tak kan bisa mempersatukan kita. Hanya saja aku berharap, semoga air matamu akan diganti dengan kebahagiaan dengan bersatunya kita nanti di Syurga-Nya... aamiin...

Selamat malam cantik, sweet dream. Semoga Allah menyertai kita. Aamiin....

(Sabtu, 2 Juli 2011, 21:57 WIB)

Tersenyumlah sayang

Entahlah, apa yang sedang terjadi padamu saat ini. Kau seperti kehilangan semangat, tiada gairah dalam menjalani hidup ini. Tak biasanya kau seperti itu. Seharian tiada kabar, dan begitu malam menjelang, kau merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati. Hingga hal iltu sampai membuatmu ingin menangis.

Katakanlah padaku, apa yang terjadi padamu? Ada masalah? Ceritakanlah. Aku akan selalu ada untukmu.

Hai cantik, tersenyumlah, tak usah kau bersuram muka seperti itu. Bukankah kau selalu bilang kepadaku, kalau kamu itu wanita yang tangguh, tahan banting. Ayo buktikan perkataanmu itu.

Tersenyumlah sayang untuk setiap masalah yang menghadang. Ini hanya sedikit sentilan dari Tuhan. Yakinkan hati, dan serahkan padaNya, insya Allah akan ada jalan kemudahan.

Air Mata untuk Fatmawati

Tuesday, June 28, 2011

Malam itu begitu terasa aneh, tidak seperti biasanya. Sehabis shalat Isya biasanya aku makan, namun waktu itu rasanya tidak nafsu sekali untuk makan. Padahal maghrib tadi hanya makan es buah saja sebagai pembuka puasa sunah. Entahlah apa yang sedang aku rasakan saat itu, sehingga rasanya malas sekali untuk makan. Sehabis shalat isya, aku baringkan tubuh yang telah lelah seharian bekerja di atas sajadah yang masih tergelar. Seperti itulah yang sering aku lakukan setelah Isya. Rebahan di atas sajadah yang masih terhampar, memiliki rasa yang begitu nyaman dibanding rebahan di atas ranjang.

Ketenanganku membuyar setelah terdengar ada panggilan masuk dari Handphone. Aku lirik sebentar ke layar HP, dan di situ jelas bahwa itu adalah nomor saudara sepupu aku yang sedang berada di rumah sakit untuk menjaga adikku.

“Assalamu’alaikum Wr Wb.” Sapaku seketika itu juga.

“Alaikumussalam Wr Wb. Lagi apa mas?” Sepupuku menjawab dan menanyakan aktifitas yang sedang aku lakukan saat itu. Dia memanggil aku mas, karena dari unggah-ungguhnya, meskipun usia aku lebih muda, tapi tetap dipertuakan.

“Ngga lagi ngapa-ngapain. Biasa lagi tiduran aja. Oya, gimana keadaan adik? Ada perkembangan apa hari ini?” Tanyaku kepada sepupu penuh cemas akan perkembangan adik yang sedang dirawat di rumah sakit.

“Mas bisa pulang sekarang juga nggak. Kayaknya adik kondisinya makin memburuk”

Runtuh seketika hatiku saat mendengar jawaban dari sepupu kalau keadaan adik makin memburuk. Kekuatan yang ada pada diriku seolah hilang entah kemana. Rasa lemas begitu menyebar ke seluruh tubuh. Tak ada daya untuk berdiri sekalipun. Mata mulai berkaca-kaca, dan air matapun kini mulai mengalir tak mampu untuk bisa dibendung.

Aku mencoba untuk bertahan. Sekuat tenaga aku berusaha untuk bangun dan bergerak. Perlahan aku menata hati untuk bisa tenang. Allah, ya… Hanya dengan selalu mengingat Allah, hati akan menjadi tenang. Perlahan aku bangun, bergerak menuju ke kamar mandi untuk ambil air wudhu. Namun di kamar mandi hampir saja pikiranku kosong lagi sehingga aku sedikit sempoyongan bahkan hampir terjatuh. Namun lagi-lagi aku perlahan untuk bisa lebih menata hati lagi.

Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Aku harus segera berangkat menemui adikku di rumah sakit. Dia sedang membutuhkanku. Harapanku saat ini hanya semoga saja masih ada bus yang akan membawaku ke tempat adik berada. Dengan membawa keperluan secukupnya, kulangkahkan kaki menuju terminal. Perjalanan ke terminal biasanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam.

“Mau kemana mas?” Sapa salah seorang kondektor bus yang memang tugasnya mencari para penumpang yang mau menggunakan jasa busnya. Dari seragamnya aku sudah paham, bahwa itu adalah seragam dari perusahaan bus yang menjadi favorit saya.

“Aku ke kota pak, masih ada bisnya?” Jawabku sambil berharap semoga masih ada bus yang akan mengantarkanku nanti.

“Oh, ya masih ada tuh, tinggal satu ini berangkat terahir nanti jam 10. Mari ikut saya.” Jawab kondektur bus itu ramah. Kemudian mengantarkan aku menuju bus itu.

Alhamdulillah, lega rasanya dan aku bersukur mudah-mudahan ini pertanda baik dari Allah karena masih diberi kemudahan untuk bisa segera mungkin menemui adik. Padahal waktu akan berangkat tadi, aku begitu hawatir bagaimana kalau sudah tidak ada bus nanti. Bahkan sempat juga berfikir menunda sampai besok saja berangkatnya.

Tiket sudah di tangan, kini tinggal menunggu jam pemberangkatan saja. Malam begitu sunyi, bahkan di terminal yang biasanya ramai saja kesannya sudah sangat sepi mengingat waktu itu juga sedang turun hujan.

Pukul 22.00 WIB bus berangkat, melaju melintasi gelapnya malam, dinginnya udara dan dibawah rintikan sisa-sisa hujan. Aku hanya duduk termenung sambil memandang ke luar melalui kaca-kaca bus. Rintik-rintik hujan juga kadang membuat pandangan jadi gelap. Bayanganku kini hanya tertuju pada adik seorang. Aku coba untuk memejamkan mata seperti orang-orang yang disekelilingku, namun aku tak mampu. Adik, adik, dan adik saja yang terus membayangiku saat itu. Bahkan tak terasa air mata pun mengalir membasahi pipi.

“Sabar ya dik, mas akan segera datang. Adik yang kuat ya. Besok insya Allah mas sudah berada di samping adik.” Gumamku dalam hati berusaha untuk menguatkan diri juga.

Bus malam masih melaju dengan kencangnya. Lalu lintas kelihatan cukup lancar sehingga tak ada halangan untuk bus melaju kencang. Pikiranku masih saja tertuju pada adik. Sambil mengingat-ingat betapa kuatnya seorang adik perempuanku yang dalam usianya yang masih begitu muda harus menerima cobaan begitu berat dari Allah SWT.

Mungkin karena begitu tegarnya, sakit yang dirasapun tak pernah dia beritahukan kepada orang lain. Tidak dengan ibu bapaknya, tidak juga dengan aku. Dia simpan sendiri rasa sakitnya dan tak mau orang lain ikut merasakan sakit yang sedang dia rasakan. Oh, adik, kenapa kau bersikap seperti itu?

“Nda kenapa-kenapa mas. Aku baik-baik saja ko. Mas ga usah khawatir. Mas ga usah mikirin aku. Mas konsen saja sama kerjaan mas”

Kalimat-kalimat itu yang selalu saja kau ucapkan ketika aku bertanya tentang keadaan kesehatan kamu. Dan bodohnya kenapa aku ga cukup perhatian kepada apa yang sedang dirasakan adik. Kakak macam apa aku ini?

Sampai akhirnya sosok yang begitu tegar itu pun dibuat tak berdaya oleh penyakit yang menyerangnya. Kanker ganasnya kini telah menggerogoti ketahanan tubuh adikku. Tak ada rona cerah di wajahmu, yang ada hanya tubuh yang lemas tak bertenaga. Tanpa berfikir panjang, kami semua membawamu ke rumah sakit terdekat dengan harapan akan ada pertolongan dari Allah lewat rumah sakit itu.

Namun karena kondisi kanker yang sudah termasuk berat, rumah sakit itupun menolak memberi perawatan dan memberikan rujukan ke rumah sakit pusat. Kami pun menuruti apa yang dianjurkan rumah sakit itu. Keesokan harinya kami bawa dia ke rumah sakit pusat.

Perasaan pesimis sebenarnya sudah menghantui aku waktu itu. Takut kalau saja di rumah sakit pusat pun sudah tak bisa menangani sakit adikku. Dugaanku memang benar adanya. Setelah pihak rumah sakit melakukan beberapa pengecekan, ternyata pihak rumah sakit juga merasa pesimis bisa mengatasi penyakit adikku. Namun ada sedikit harapan karena dokter ahli bilang, bisa dicoba mudah-mudahan ada campurtangan Tuhan dalam penangangannya nanti.

Selanjutnya adikpun mulai menjalani rawat inap di rumah sakit pusat. Banyak perkembangan yang terjadi selama menjalani perawatan di rumah sakit ini. Aku merasa bersyukur sekali. Kini senyumnya terlihat lagi, sudah bisa bercanda denganku lagi, dan tentunya tubuhnya kembali kelihatan tegar lagi. Subhanallah wal hamdulillah. Hanya itu yang bisa aku panjatkan atas perkembangan kesehatan adikku saat itu.

Setelah hampir menjalani perawatan 3 minggu, namun proses penyembuhan sakitnya masih membutuhkan waktu yang sangat lama, akupun memutuskan untuk berani meninggalkan adik di rumah sakit karena sudah pasti kerjaan yang telah lama aku tinggal pasti sudah makin menumpuk. Aku berani meninggalkan adik karena melihat dari perkembangan yang sudah sangat bagus. Aku yakin tak lama lagi adik akan sembuh dan segera kembali ke rumah.

“Alhamdulillah, sudah banyak perkembangan lebih baik sekarang. Jadi besok aku berangkat kerja lagi ya?” Pintaku pada adik.

“Iya mas, mas sudah banyak ninggalin kerjaan. Besok berangkat aja sana. Di sini ada ibu dan alhamdulillah aku sudah membaik ko. Ga kenapa-kenapa mas berangkat besok.”

Aku merasa tenang karena meninggalkan adik dalam keadaan yang sudah mulai membaik. Tak terbayangkan kebahagiaanku saat itu, membayangkan sebentar lagi adik akan kembali ceria berkumpul bersama keluarga di rumah. Aku pun menjalani rutinitas keseharianku dengan penuh semangat dan penuh senyum bahagia. Karena Allah telah memberikan anugerah yang luar biasa buat kesembuhan adikku.

Hampir satu minggu berlalu. Namun kebahagian itu sirna setelah malam tadi aku mendapat kabar dari sepupu kalau ternyata keadaan adik kembali turun drastis. Sekarang katanya adik sering tidak sadarkan diri. Makanya dia berharap aku segera datang.

“Ya Allah, berilah kekuatan kepada hamba dan juga buat adik hamba.” Kembali hatiku berdoa dalam heningnya malam jalan raya.

Tak terasa perjalanan malam yang panjang pun kini telah usai. Jam menunjukkan pukul 08.00 WIB, aku telah turun dari bus malam untuk kemudian menuju stasiun dan melanjutkan lagi perjalanan dengan kereta api menuju kota tempat rumah sakit itu berada. Kurang lebih 3 jam perjalanan dengan kereta baru bisa sampai ke rumah sakit. Berdasarkan jadwal pemberangkatan, kereta api berikutnya yang menuju kota itu berangkat pukul 09.35 WIB. Aku masih ada kesempatan untuk mengejar keberangkatan kereta itu.

Namun kali ini sungguh di luar rencana. Setelah tergopoh-gopoh ke stasiun untuk mengejar keberangkatan kereta yang berangkat pukul 09.35 WIB, ternyata jadwal pemberangkatan kali ini dibatalkan karena rangkain kereta sedang dalam perbaikan.

“Mba, ini beneran pemberangkatan jam segini dibatalkan?” Tanyaku kepada petugas tiket KA untuk lebih meyakinkan.

“Iya bener mas, kan sudah ada pengumumanya di situ.”

“Terus ga ada gantinya gitu?”

“Ga ada mas. Kalau mau nunggu ya nanti pemberangkatan berikutnya pukul 12.30”

Seketika tubuhku langsung lemas. Aku pun langsung tertunduk lesu, menyandarkan badan di tembok. Pikiranpun kini makin kacau.

“Ya Allah, apa yang harus aku lakukan sekarang? Mudah-mudahan Adik tidak apa-apa di sana. Ya Allah beri kekuatan padanya.”

Hanya kalimat itu yang bisa aku lakukan. Aku duduk lesu di emperan stasiun. Tak kuat rasanya badan ini untuk memaksakan diri jika harus secepat mungkin sampai ke rumah sakit. Perlahan mataku terpejam hingga tak sadarkan diri. Yah, bukannya pingsan, tapi aku tertidur di emperan stasiun, mungkin karena lelahnya setelah menempuh perjalan semalam.

Dalam ketenangan tidurku, tiba-tiba dibangunkan oleh nada SMS dari HP. Sontak itu membuatku kaget dan terbangun. Langsung aku raih HP lalu aku buka pesan tersebut. Oh dari sepupu.

“Mas, sudah sampai mana? Bisa cepat ga? Adik sudah nanyain?”

Begitu bunyi sms yang aku baca. Air mata ini kembali mengalir. Dengan badan yang gemetar aku berusaha untuk membalas sms itu.

“Ini lagi di stasiun. Tapi keretanya telat. Mungkin sore baru bisa sampai di RS. Tunggu aja.”

Tak berapa lama, sepupu membalas lagi.

“Ga bisa cepet mas, soalnya adik kayanya sudah ga sadar.”

Kalimat dari sepupu makin membuatku tak karuan. Aku bingung harus berbuat apa, sementara hanya kereta itulah yang bisa mengatarkanku ke RS. Aku hanya bisa pasrah pada Allah. Aku yakin masih ada kekuatan yang Allah berikan untuk adik.

Tak terasa waktu telah beranjak siang dan loket pembelian tiket kereta pun sudah mulai dibuka. Antrian kini mulai memadati loket pembelian. Tak berapa lama tiket sudah di tangan, tinggal menunggu waktu pemberangkatan saja. Aku pun langsung menuju kereta yang siap berangkat dan mencari tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket.

Setelah menemukan kursi yang dimaksud, aku langsung duduk. Kebetulan kursi di sebelahnya masih kosong. Keadaan ini aku manfaatkan untuk merebahkan kembali badanku yang dirasa masih sangat capek. Tapi tak berapa lama, tiba-tiba ada suara yang membangunkan aku.

“Permisi mas, ini kursi nomor 12 yah? Kalau iya berarti saya duduknya di sini.”

“Oh, ya mas benar, maaf. Silakan…”

“Makasih mas.”

Aku rasa cuma itu saja basa-basi antara aku dan penumpang di sebelah. Karena setelah itu aku kembali terlelap sampai kereta berangkat. Bahkan riuhnya para pedagang asongan menjajakan dagangannya di dalam kereta pun tak bisa kudengar sama sekali. Ah, benar-benar hari yang sangat melelahkan, lelah badan dan juga lelah pikiran.

Tiba-tiba HP berdering tanda SMS masuk. Dari sepupuku lagi.

“Sudah sampai mana mas?”

“Ga tau, ini masih dalam perjalanan. Abis ashar kayanya baru sampai.”

Jawabku untuk kemudian kembali lagi terlelap dalam rasa kantuk yang tak tertahankan.

Sesekali juga aku bangun untuk kemudian melihat dan bertanya-tanya sudah sampai mana perjalanan ini. Waktu terus berlalu dan alhamdulillah sampai juga di stasiun tujuan. Tepat pukul 16.00 WIB kereta berhenti di stasiun tujuanku. Bergegas aku langsung dari kereta. Mengingat sudah waktu ashar dan aku belum melaksanakan shalat ashar, maka kuputuskan untuk melaksanakan ashar dulu di mushola yang berada di stasiun.

Begitu shalat selesai, aku kemudian mencari angkot jurusan yang melewati rumah sakit. Serasa mudah, karena di stasiun biasanya sudah banyak angkot-angkot yang standby di situ mencari penumpangnya. Aku pun segera menuju angkot warna merah itu yang nantinya akan melewati rumah sakit.

Tak seberapa lama, angkot pun penuh. Segera angkot melaju hingga sampailah akot itu melewati rumah sakit yang akan saya tuju. Dari seberang jalan aku turun dari angkot. Menatap luas betapa megahnya bangunan yang berisi para pesakitan itu. Dari seberang sana tampak saudara sepupu yang sudah menghadang di pintu masuk para penjenguk.

“Assalamu’alaikum, maaf baru sampai. Gimana keadaan adik, dirawat di ruang mana sekarang.” Sapaku sambil menjabatkan tangan pada sepupu.

“’Alaikumussalam. Adik ya begitulah mas, langsung aja yuk kita ke kamarnya.”

Dengan langkah yang aka cepat, aku dan sepupu segera menuju ke kamar tempat adik di rawat. Adik dirawat di lantai 2, namun tak begitu jauh dari pintu masuk pengunjung. Jadi tak butuh waktu lama aku sampai di kamarnya.

Begitu sampai di kamarnya,

“Assalamu’alaikum” Aku membuka pintu dan mengucapkan salam buat semua yang ada di dalam kamar.

“Wa’alaikumussalam” Jawab semua yang berada di kamar.

Terdengar juga suara adik, ternyata adik saat itu masih sadar dan begitu mendengar salam dariku, adik langsung mentapa aku dan meminta aku segera menghampirinya.

“Mas, sini mas. Aku kangen sama mas. Maafin aku ya mas jika sering merepotkan mas, maaf juga kalau sakit saya ga sembuh-sembuh. Aku minta keihlasan mas, kali aja ini yang terahir aku bisa bicara sama mas. Maaf untuk semua yang telah membuat mas jadi repot kaya gini.”

Sungguh tak kuasa aku menatap wajahnya. Bukan, bukan karena aku sombong atau tidak merespon ucapan adik. Tapi karena aku tak kuasa untuk menahan sedih yang teramat dalam, dan air matapun kini telah membendung di kelopak mata. Aku hanya ingin tidak kelihatan menangis di depan adik. Itu saja, aku tidak ingin menambah beban buat adik dengan kelihatan sedih di hadapannya. Pandanganku pun ahirnya aku jatuhkan ke arah luar jendela sana. Melihat langit sore yang begitu cerah dengan lembayung mega yang kejingga-jinggaan. Betapa besar kuasaMu itu ya Allah.

Aku hanya mendengar perkataan-perkataan adik dan sesekali mengiyakan dan menganggukkan kepala. Aku pegang erat tangannya. Sungguh untuk saat ini aku belum mampu menatap wajah cantikmu dik.

“Mas… aku sayang sama mas. Mas juga sayang kan sama aku. Peluk aku mas, cium aku mas… karena aku sayang banget sama mas.”

Hati ini begitu terguncang, dan entahlah aku harus bagaimana saat itu. Tak kuasa air mata ini aku tahan. Namun aku harus tetap kelihatan tegar di hadapan adik.

“Iya dik, aku juga sayang sama adik. Adik yang kuat ya, insya Allah besok kita pulang. Dan besok adik boleh ikut ke tempat aku, kita jalan-jalan bersama ibu bapak.”

Dengan hati yang teramat berat, aku memberanikan diri menatap wajah adik yang terbaring lemas, ku peluk dia dan ku kecup keningnya. Hatiku begitu menangis, dan tak terasa pipi ini pun perlahan dibasahi oleh air mata. Adik melihat itu semua, dan dengan tenangnya, diusapnya air mata yang membahasi pipiku.

“Mas ko nangis, mas ga boleh nangis. Aku ga kenapa-kenapa ko mas. Sekali lagi aku mau minta maaf ya sama mas, dan aku sayang banget sama mas.”

Kata sayang itulah yang terahir adik ucapkan secara sadar kepadaku. Karena setelah itu, adik kembali tak sadarkan diri. Ada suatu kebanggaan aku padamu dik. Aku bangga, sebab di saat adzan maghrib berkumandang, adik tersadar dan meminta untuk mengerjakan shalat. Adikpun minta untuk bisa ambil air wudhu, namun karena keadaan yang tidak memungkinkan, maka kami semua yang ada di situ melarang. Namun adik berusaha berontak untuk tetap ambil air wudhu. Aku ingat perkataan yang diucapkan waktu itu.

“Sekali ini aja, nanti tidak lagi-lagi ko. Sekaliiii aja.”

Mungkin itu sebagai pertanda bahwa adik tidak akan mengambil air wudhu lagi setelah itu atau apa, yang jelas karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk ambil air wudhu, maka adik kami suruh hanya untuk melakukan tayamum saja. Betapa cantiknya saat itu kamu dik. Antara sadar dan tidaknya, adik berusaha untuk tetap melaksanakan kewajibannya.

Roka’at demi roka’at adik kerjakan dengan khusuknya hingga sempurna. Bukan itu saja dik, aku ingat betul betapa adik saat itu dalam tidak sadarnya, adik seolah-olah mempraktekkan gerakan sedang mengenakan mukenah. Ya, saat itu adik dengan gemulainya memperagakan memakai mukenah untuk shalat. Padahal adik tidak memegang mukenah. Tapi adik seolah sedang benar-benar mengenakan mukenah.

Itu yang membuat kami semua bangga padamu dik, rasa haru itu tak tertahankan. Sehabis shalat pun adik minta aku untuk menemaninya mengaji. Ya, ayat-ayat Allah itu melantun dari mulutnya. Aku mendampinginya dari samping sambil mengikuti apa yang adik minta. Kita ngaji bersama dik. Aku tau keadaan adik sangat begitu lemah, bahkan untuk bicarapun sudah tidak bisa terdengar lagi. Makanya aku hanya membimbing adik untuk mengucapkan lafal Allah yang pendek-pendek saja. Namun apa yang kamu lakukan dik, kamu mencolek aku dan tetap meminta mengaji membacakan surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas. Meskipun tak ada suara yang keluar dari mulut adik, namun aku percaya, adik sedang ngaji di hatinya juga bibirnya.

Saat terdengar adzan isya pun sama. Adik meminta sekali untuk bisa ambil wudhu. Namun tetap kami larang. Hanya tayammum yang adik kerjakan. Hal yang sama juga terjadi saat sedang shalat maghrib. Adik seolah-olah sedang memegang mukenah dan memperagakan menggunakannya, dan kemudian adik shalat roka’at demi roka’at sampai selesai.

Sehabis shalat, adik bilang ke aku kalau adik capai dan ngantuk sekali. Adik ingin istirahat.

“Mas, aku ngantuk,. Aku mau tidur, tapi mas di sini aja ya. Ga boleh kemana-mana.” Begitu adikku bilang saat dia mau tidur.

“Iya, aku akan di sini menemani adik. Ya sudah, adik istirahat aja ya, biar besok sudah sehat lagi.”

“Oya, ini mukenahnya belum aku lepas, bentar ya aku lepas dulu.”

Rasa haru kembali hadir pada diriku. Adik seolah-olah masih merasa mengenakan mukenah yang dia pakai waktu shalat Isya tadi. Adik seolah-olah belum melepas mukenah itu dan rasanya tidak sopan jika harus tidur dengan masih memakai mukenah. Makanya adik mau melepas mukenah dulu sebelum tidur. Padahal jelas sekali saat itu adik sedang tidak mengenakan mukenah.

“Ini mas, tolong taruh mukenah ini di lemari lagi”

“Iya”

Aku menerima mukenah hampa dari adik. Iya, mukenah itu sebenarnya tidak ada, namun adik menganggap seolah-olah dia sedang memberikan mukenah kepadaku. Setelah itu, adik benar-benar tertidur. Tanpa bergerak lagi, tanpa bersuara lagi.

Aku hanya mendampinginya dari samping, dan betapa terkejutnya saat aliran yang ada di selang tiba-tiba berhenti.

“Astaghfirullah, ada apa ini. Alirannya berhenti. Suster, suster tolong suster..”

Teriakku sambil memanggil suster yang sedang jaga. Tak hanya suster saja yang datang, namun ada juga dokter jaga waktu itu.

Mereka pun segera langsung mengecek adik dengan seksama, dan…

“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Yang tabah ya mas, bu. Ini sudah kehendakNya. Kita semua sudah berusaha semampu kita. Namun ada yang lebih kuasa dari kita. Ihlaskan semuanya”

Perkataan dokter langsung membuat suasana kamar itu penuh dengan isak tangis. Tak terkecuali aku. Ku kecup kening adik untuk yang terahir kali sebelum adik dikafani. Dalam suasana duka yang teramat dalam, aku harus tetap tegar, karena harus mengurus segalanya termasuk yang menyangkut rumah sakit. Juga harus mengabarkan kepada seluruh keluarga. Aku tak kuasa sebenarnya saat harus mengabarkan pada seluruh keluarga. Karena aku sendiri belum begitu kuat kalau harus mengatakan adik sudah tidak ada. Namun kalau bukan aku, siapa lagi yang harus mengabarkan kepada seluruh sanak keluarga. Akhirnya dengan segala kekuatan dan memohon kekuatan kepada Allah, aku harus memberanikan diri mengabarkan kepada setiap sanak keluarga kalau adik sudah tidak ada.

Kamu tahu dik, betapa mereka semua sayang sama adik. Tangis mereka terdengar di ujung telepon sesaat aku mengabarkan kalau adik tidak ada. Bukan sanak keluarga saja yang sayang sama adik. Tapi seluruh warga kampung dik, mereka sayang kamu dik. Tidak kah kau tahu saat adik dibawa pulang. Semua masyarakat berbondong-bondong menyambut kedatanganmu dik. Semua melebur jadi satu menyambut kehadiranmu dik. Mereka semua sayang sama adik dan sangat kehilangan adik.

Kini 100 hari sudah adik meninggalkan kami semua. Senyum adik hanya bisa aku lihat dalam penjara bingkai kenangan. Selamat jalan adik, aku tahu inilah yang terbaik dari Allah. Adik telah bersama pemilik yang sebenarnya. Adik akan selalu hidup bersama kami, doa kami selalu terpanjat untukmu dik. Semoga adik tenang di sisiNya dan dimasukkan ke dalam syurga-Nya….

allahummaghfirlaha warhamha wa’fuanha

Aamiin….

Sunday, June 19, 2011









Football News

 

© Copyright MABRURI 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.